Halaman

Jumat, 25 Januari 2013

Tipe-Tipe Pacaran Yang Susah Untuk Diperjuangkan

Kita jalani dulu aja ya.. Yang penting kita masih bisa bersama.. Tapi kita kudu siap membunuh perasaan kita.. Kelak kalo masing-masing sudah menemukan pasangan yang keyakinannya sama".

Itu kalimat yang biasanya jadi motivasi para pasangan beda agama untuk tetap bersama. Tanpa perlu mikir panjang, udah keliatan mereka berdua bakal bunuh-bunuhan. Iya, yang dibunuh adalah perasaan. Hihihi.. Tapi tetap juga ada yang nekat menjalani hubungan beda keyakinan sampe ke pelaminan. Cuma, untuk sebagian agama, itu dilarang untuk dilakukan.

Oke, gak perlu basa-basi lagi. Gue hari ini mau bahas tentang tipe-tipe pacaran yang bakal susah untuk diperjuangkan. Kayaknya semua hubungan pacaran, tetap butuh perjuangan sih. Tapi untuk beberapa tipe yang bakal gue bahas di bawah, memerlukan perjuangan ekstra. So, buat yang mungkin ngalamin hubungan serupa, siap-siap aja ya~ Kalo kalian ngerasa gak siap, mending jangan dibaca. MarKiDot!
1. Pacaran Beda Keyakinan


Seperti yang udah gue bilang di pembuka postingan ini. Sebagian pelaku pacaran beda keyakinan mungkin lebih condong mengejar kesenangan. Senang untuk bisa bersama dan sayang-sayangan, senang untuk saling mencinta dan mesra-mesraan. Seolah-olah mereka nggak sadar apa yang udah menanti di depan.

Menurut gue, pacaran beda keyakinan itu analoginya kayak elo nanem bibit kacang di tanah. Terus, di atas bibit yang tumbuh itu elo tutupin sama tabung kaca. Dengan harapan, bibit kacang yang mulai tumbuh itu tadi nggak bisa membesar dan menjalar ke mana-mana. Tapi kalo misal kalian bener-bener praktekin eksperimen di atas, sudah pasti makin lama kalian biarin bibit kacang itu tumbuh dan mulai membesar, gelas kaca itu pasti akan mulai retak dan pecah.

Itu baru soal bibit kacang. Bayangin kalo ini soal hati. Emang semudah itu mengendalikan perasaan yang tumbuh di hati? Menjalar dan mengalir di setiap urat nadi. Merambah otak dan menghilangkan kesadaran diri?

Kayaknya bullshit banget kalo ada orang yang mau ngejalanin pacaran serius, terus sudah merencanakan juga kapan mereka akan berpisah. Karena sesakit-sakitnya ditinggalin, diputusin, dikhianatin, bakal lebih sakit lagi kalo terpaksa berpisah, membunuh perasaan yang masih sama-sama menggebu, karena perbedaan keyakinan yang nggak mungkin bisa menyatu.

Mengutip dialog di film CIN(T)A nih. Jadi ceritanya ada dua orang yang berpacaran beda keyakinan. Salah satu di antara mereka meminta kekasihnya untuk ikut masuk ke dalam keyakinannya, terus pasangannya itu ngejawab, 
"Kalo Tuhan aja bisa aku khianatin, apalagi kamu kelak?".#Jleb
Terus, contoh lainnya misal elo menjalani hubungan beda agama, mungkin bisa aja bilang ke pasangan:
"Yuk.. masuk ke agamaku.. Biar kita bisa menyatu sampe punya anak cucu.."
Terus, gimana kalo si dia ngejawab:

"Sekarang gimana kalo aku balik pertanyaan kamu. Maukah kamu pindah ke agamaku.. biar kita bisa menyatu sampe punya anak cucu?"

Urusan keyakinan tentunya nggak semudah pindah sekolah atau pindahan rumah. Karena itu hubungannya ke kehidupan setelah mati. Pertaruhan keyakinan yang akan dibawa sebagai bekal saat udah nggak hidup lagi. Maukah kamu mengkhianati Tuhanmu yang sudah memberikan kehidupan, rezeki, kenikmatan, dan segalanya untukmu. Demi kenikmatan-kenikmatan kecil yang sudah diberikan pasanganmu?

Belom lagi kalo misal dia mau berpindah keyakinan sehingga kalian bisa nikah. Udah yakin dia mau berpindah keyakinan karena panggilan hatinya, atau dia mau berpindah keyakinan cuma karena biar bisa nikah aja?

2. Pacaran Beda Suku/Ras/Budaya


Pacaran beda suku, mungkin saat ini udah biasa terjadi. Sudah banyak banget pasangan-pasangan beda suku di luar sana sudah jadi suami-istri. Tapi ada juga loh, yang menjalani Pacaran beda suku tanpa restu. Biasanya ini terjadi karena pihak orang tua yang masih "kaku".
Temen gue juga ada, yang pacaran udah seiman padahal.. Tapi cuma karena mereka beda ras/suku, orang tua mereka nggak kunjung ngasih restu. Yah, endingnya tragis juga.. Mereka harus membunuh perasaan cinta mereka berdua, karena ego orang tua dan budaya. Mungkin lebih tragis dari pacaran beda agama. Beda agama, kalo dapet panggilan hati mungkin bisa pindah keyakinan. Lha kalo beda suku/ras? Skak mat!

3. LDR



Kayak lagunya Marcell Siahaan, "Cinta memang satu.. Kota yang tak sama~~" - Perih LDR.
LDR adalah hubungan jarak jauh yang dilakukan oleh para gerilyawan-gerilyawan asmara. Pacaran jarak jauh itu bukan pacaran yang biasa. Di mana segala sentuhan, perhatian, kerinduan, cuma bisa disalurkan dengan kata-kata, tanpa bisa meraba. Sebuah pacaran yang mengkesampingkan panca indera, karena yang terpakai cuma indera penglihatan dan pendengaran doang. Nggak bisa nyium, megang, apalagi njilat.

Dulu gue pernah LDR selama beberapa tahun. Dan dari situ gue banyak belajar. Contoh:

- Belajar buat make Skype
- Belajar buat cebok pake kaki, biar tangannya bisa terus BBMan
- Belajar buat nggak galau waktu pacar sakit dan gue nggak bisa apa-apa
- Belajar buat menerima kenyataan bahwa pacar masih suka jalan sama mantannya di sana
- Belajar buat sering nyemprotin parfum dia di tangan kanan gue, so kalo ke mana-mana berasa selalu digandeng sama dia.

Dan yang pelajaran yang paling berharga yang gue dapetin sih, belajar untuk tulus dan percaya. Jarak itu seperti kaca pembesar. Kangen kita ke pacar berasa lebih besar karena susah buat ketemu demi ngilangin efek kangen itu. Perasaan cemburu juga terasa lebih menusuk. Setiap tau pacar lagi jalan sama orang, pastinya rasa cemburu makin menggebu-gebu karena kita nggak tau apa yang mereka lakuin saat jauh-jauhan gitu. Kalo lagi berantem juga gitu, masalah kecil berasa gede juga, karena nggak kunjung diselesaikan dengan bicara empat mata. Bicara empat mata ini sangat penting. Mengingat mata itu nggak pernah bisa bohong. Apapun perkataan pacar, kalo tidak didukung dengan tatapan mantap dari matanya, kita bisa dengan sangat mudah mengetahui kebohongannya.

Dengan belajar mencintai secara tulus dan selalu percaya (bahwa Tuhan mendukung niat baik gue), gue bisa tenang dan ngebiarin (mantan) pacar gue menikmati hidupnya tanpa perlu gue recokin tiap hari dengan pertanyaan-pertanyaan semacam interogasi. Dan dengan percaya bahwa Tuhan mau meminjamkan "mata"NYA, gue pun akhirnya tau dia sudah mendua. Ya.. Selama kita percaya, Tuhan itu selalu punya cara yang di luar nalar untuk menunjukan kuasa-NYA.

Nah, kenapa LDR butuh perjuangan lebih?

Jawabannya jelas banget. Cinta nggak melulu soal kata. Cinta juga sangat membutuhkan pertemuan, perhatian, sentuhan, dan menciptakan kebahagiaan. Kebahagiaan yang nyata.. nggak cuma senyum, ciuman, pelukan yang diwakilkan oleh emoticon saja. Jadi, sudah jelas orang yang menjalani LDR harus berjuang banget untuk nggak sirik sama temen-temennya yang lagi pacaran secara "normal" di lingkungannya. Dan pasangannya juga harus berjuang keras agar pacarnya nggak pernah ngerasa kesepian dan sendirian.
Tapi buat gue, yang paling diperluin dalam LDR sih komunikasi. Karena pacaran jarak dekat pun nggak bakal harmonis kalo jarang berkomunikasi dengan pasangan. Contohnya, kamu lagi ada masalah ama pacar, bukannya ngomong baik-baik ke pacar, tapi malah curhat ke orang. Padahal belom tentu orang yang jadi tempat curhat itu bisa ngasih solusi yang bijak buat kamu, nah kalo niatnya malah pengen ngerebut hati kamu? Saat LDR, dan komunikasi terhambat, biasanya ada pihak yang akan masuk dan mencoba menggantikan kenyamanan maya yang diberikan pasangan kita, dengan memberikan kenyamanan nyata dan akhirnya pasangan kita pun melupakan apa arti setia.
Siap-siap aja..

4. Pacaran Dengan Sesama Jenis


Ini lebih ke masalah kultur dan budaya ketimuran kita sih. Karena di luar negeri sana udah banyak juga pasangan sejenis dan menikah. Di Indonesia, kebebasan memilih pasangan ini masih jadi semacam kontroversi. Banyak pasangan sesama jenis yang suka dicemooh dari berbagai sisi. Tapi ada juga yang tetap teguh menjalani hubungan semacam ini, dengan menutup telinga kanan dan kiri.

Mungkin sebagian orang, menganggap orang yang menjalani hubungan semacam ini adalah orang-orang gila. Tapi buat mereka yang menjalani,  mungkin mereka merasa justru mereka lah yang percaya kekuatan cinta itu nyata. Bukankah urusan cinta emang nggak bisa dipadukan dengan logika? Saat cinta sudah bicara, kasta, rupa, bahkan kelamin pun jadi hal yang fana..

5. Pacaran Beda Spesies


Nggak tau deh, ada apa enggak orang semacam ini. -_____-"
Udah deh ya.. Udah kepanjangan nih post.. Lagi nggak bisa ngetik panjang-panjang, karena sariawan.. So, buat temen-temen yang masuk ke salah satu kategori di atas, yang tegar aja ya.. Tetap berjuang, tapi jangan sampe salah langkah dan jatuh ke dalam jurang!! :D

Lebih baik jadi fakir asmara, daripada jadi kafir cinta.. Ya.. Orang-orang yang tak percaya cinta itu mampu mengatasi segala hambatan yang ada..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar